Selasa, 28 September 2010

INTERVIEW STEVE HANKE



EDISI JULI 1998

Wawancara Steve Hanke:
"Tujuan Utamanya Menyingkirkan Soeharto"

Masih ingat Steve Hanke? Dialah penasihat Presiden Soeharto yang memperkenalkan currency board system (CBS) atau sistem dewan mata uang, Februari lalu, yang telah menimbulkan pro dan kontra yang menghebohkan, sampai beberapa bulan kemudian. Namanya akhirnya hilang dari peredaran, tanpa ketahuan kapan diberhentikannya. Kini, ketika ekonomi Indonesia semakin memburuk, kritik terhadap kebijakan Dana Moneter Internasional (IMF), lembaga yang ngotot menolak CBS, seperti mendapat angin ketika tiga programnya tak membawa hasil. Nilai rupiah tetap saja tak terkendali, bahkan telah menurunkan Soeharto dari kursi kepresidenan. Sementara itu, program bantuan IMF yang tersendat-sendat itu baru akan dijadwalkan turun lagi, sekitar pertengahan Juli ini. Itu pun, menurut pengakuan sejumlah anggota DPR yang menemui langsung Michel Camdessus di Wasington DC--katanya dengan biaya perjalanan yang memakai uang sendiri--menunggu hasil Musyawarah Nasional Luar Biasa Golongan Karya yang berakhir pekan ini. 



Dr. Steve Hanke, salah satu pendukung CBS, adalah pengkritik utama terhadap IMF dan kebijakan-kebijakan Amerika di Indonesia. Artikel Majalah World Trade terbitan Juni 1988 mencatat, Dr. Hanke--bersama-sama dengan Presiden Clinton, Bill Gates, George Soros, Rupert Murdock, Michel Camdessus, dan Zhu Rongji, di antaranya--termasuk dalam daftar "25 Orang Paling Berpengaruh" di dunia. Setelah menjadi penasihat khusus mantan Presiden Soeharto Februari lalu untuk pelaksanaan CBS, nilai rupiah naik sekitar 30 persen. Meskipun demikian, menurut penulis kolom majalah Forbes itu, komunitas internasional mengirim pesan tak henti-hentinya: tidak menyetujui CBS.
"Rencana permainannya," seperti dikatakan Hanke tentang Amerika dan IMF, "adalah menyingkirkan Soeharto." Dia berbincang-bincang dengan Nick Grace C., untuk D&R dan TEMPO Interaktif, dari kantornya di Johns Hopkins University, Baltimore, 6 Juli lalu, tentang berbagai keahlian dan pandangannya yang unik tentang masa lalu Indonesia dan masa sekarang yang genting. "Jika Anda tidak menstabilkan rupiah, Anda akan berakhir," kata dia, memperingatkan Soeharto. Dan, sekarang Presiden B.J. Habibie, menurut dia, berada dalam keadaan yang persis sama dengan pendahulunya itu.

Apakah Anda masih memberikan nasihat kepada pemerintah Indonesia dan apakah Anda pernah berhubungan dengan Presiden Habibie setelah pengangkatannya pada Mei lalu?
Tidak, saya tak lagi memberi nasihat dan belum pernah berhubungan dengan Habibie.
Siapa yang mengontak Anda untuk menjadi penasihat Presiden Soeharto tentang CBS?
Mantan Presiden Soeharto menginginkan saya berkunjung untuk membahas cara-cara menstabilkan rupiah. Saya bertemu dengannya untuk pertama kali di kediamannya beberapa jam setelah mendarat di Jakarta.
Apa, sih, sebenarnya akar permasalahan dari kejatuhan rupiah dan penurunan terus menerus nilai rupiah mulai Agustus tahun lalu?
Jatuhnya nilai rupiah dimulai pada 14 Agustus, ketika pemerintah mengambangkan nilai rupiah, suatu kebijakan yang disambut dengan tepukan meriah dari IMF. Tekanan terhadap rupiah semakin meningkat pada bulan-bulan berikutnya, dan kemudian Indonesia secara resmi mengundang IMF dengan perjanjian pertama pada akhir Oktober. Sebenarnya, kebijakan pertama dalam persetujuan itu adalah menutup beberapa bank, yang menyebabkan kepanikan finansial yang memicu pelarian modal ke luar negeri (capital flight) dengan cepat. Anda tahu, pada mulanya yang menyebabkan rupiah sedikit melemah adalah setelah pemerintah mengambangkannya pada Agustus, banyak perusahaan swasta dengan utang dollar mulai membeli dollar dan menjual rupiah. Dengan demikian, rupiah mulai melemah. Pada awal Oktober, Indonesia mulai menampilkan IMF ke atas panggung. Aksi pertama IMF adalah menutup bank-bank pada 1 November. Tetapi, langkah itu menyebabkan kepanikan finansial dan mempercepat pelarian modal ke luar negeri. Dengan demikian, semakin menekan rupiah.
Kemudian, pemerintah menandatangani perjanjian kedua dengan IMF, yang seharusnya bisa menstabilkan rupiah, pada Januari. Perjanjian ini, seperti yang pertama, tak berisi satu pun usaha untuk menstabilkan rupiah. Perjanjian itu dirancang untuk mematahkan kapitalisme perkoncoan (crony capitalism) dengan reformasi struktural ekonomi makro dalam jangka panjang. Tapi, memang tak ada satu pun poin yang ditujukan untuk menstabilkan rupiah.
Jadi, kedua program IMF itu lebih berfokus pada masalah ekonomi makro daripada masalah ekonomi mikro?
Benar. Memang, masalah ekonomi makro adalah masalah legitimasi yang perlu diperbaiki. Tapi, masalahnya, program IMF tidak pernah berfokus pada mata uang--bahkan secara ekonomi makro pun--semenjak Indonesia dilanda krisis mata uang yang terus berkembang. Dan, itulah mengapa mereka mengambangkan rupiah Agustus lalu sebagai tindakan pertama. Semua masalah boleh dikata berawal dari nilai rupiah, tapi perjanjian yang pertama dengan IMF itu tak benar-benar berhubungan dengan mata uang itu. Dan, perjanjian-perjanjian itu susah disampaikan secara politis karena Indonesia punya banyak luka-luka politis yang menghalangi reformasi ekonomi mikro ini. Dan keuntungannya, meskipun akan tampak nyata, tak akan disadari sampai tahun-tahun mendatang. Juga, ada ketidakseimbangan timing tentang hal-hal yang IMF minta untuk dilakukan oleh Indonesia. Pokoknya, mereka hanya bilang, "Lakukanlah sesuatu yang secara politis hampir tak mungkin dilakukan dan, meskipun itu menyakitkan, akan membawa kebaikan di kemudian hari."
Keadaan ini telah menggugah Anda untuk menulis di majalah Forbes bahwa Anda yakin administrasi pemerintahan Clinton telah menggunakan IMF sebagai "buldozer" untuk meratakan dan membentuk baru tatanan politis dan ekonomi di Indonesia?
Tak ada keraguan tentang hal itu. Kebijakan-kebijakan yang begitu saja dijejalkan ke mulut orang Indonesia dengan perjanjian kedua dengan IMF itu jelas akan mengarah ke kekacauan politik dan sosial. Itu pasti terjadi; dan itulah yang dulu saya bilang kepada Presiden Soeharto.
Kalau IMF memang mem-"buldozer" Indonesia, menurut Anda, apa sih agenda administrasi pemerintahan Clinton? Setelah Amerika Serikat (AS) dan banyak negara-negara Barat menikmati investasi dan perdagangan bebas dengan Indonesia selama beberapa dasawarsa, mengapa mereka tiba-tiba ingin mendepak Soeharto?
Saya kira, Anda harus menanyakan hal ini kepada pemerintahan Clinton. Saya mengatakan hal ini kepada Soeharto sejak awal. Saya menganalisis perjanjiannya dengan IMF secara mendalam dan berkesimpulan bahwa tak satu pun dalam perjanjian itu yang akan menstabilkan rupiah. Rupiah tengah menuju kejatuhan sampai mereka menerapkan CBS. Dan, bagi saya, semakin jelas--setelah terlibat di Indonesia dan melihat apa yang sedang terjadi--bahwa sebenarnya tujuan utama perjanjian itu adalah untuk mendepak Presiden dari kursinya atau paling tidak membuatnya "terluka parah".
Seberapa peduli Soeharto dengan penaksiran Anda?
Dia sependapat dengan saya; dan kenyataannya itulah yang menyebabkan saya memimpin permainan selama beberapa saat. Dia melihat keadaan dengan cara yang sama dengan saya ketika rupiah turun sampai angka 10 ribu per dollar AS. Pada angka itu, dapat dikatakan semua sektor swasta akan bangkrut atau tak dapat membayar utang karena beban utang luar negeri yang besar, sedangkan nilai rupiah menurun drastis. Sektor swasta hampir saja mati karenanya. Sementara itu, Bank Indonesia telah benar-benar kelimpungan dari November sampai Januari dengan menciptakan timbunan kredit dalam negeri yang mencapai 12 persen dari gross domestic product dan ini juga ikut mengatrol inflasi. Akibatnya, seperti yang Soeharto sadari juga, keadaan ini bisa berbahaya. Keadaan sektor swasta akan bangkrut tak mampu bayar utang, banyak orang kena PHK, tak ada pendapatan, dan melonjaknya harga-harga. Karena itu, kita ingin berfokus pada rupiah. Jika Anda tidak menstabilkan rupiah, Anda akan berakhir. Itulah yang membuat kami memutuskan CBS sebagai kunci dalam program yang dinamakan IMF-Plus.
Bagaimana tepatnya usulan Anda untuk menangani masalah ini?
Program ini terdiri empat bagian. Kuncinya, tentu saja, adalah CBS. Tapi, kita juga punya program untuk penjadwalan kembali utang, restrukturisasi dan rekapitalisasi perbankan, dan program privatisasi besar-besaran. Dikaitkan dengan hal itu adalah juga perubahan undang-undang kebangkrutan. Ketika usulan ini keluar, IMF akhirnya berpihak ke posisi saya--kecuali tentang CBS. Mereka akhirnya menjalankan penjadwalan utang, pembenahan sektor perbankan, privatisasi, dan perubahan undang-undang kebangkrutan. Tetapi, mereka melupakan kunci dari semua itu, yakni CBS. Dan, sebagaimana Anda lihat, tanpa program yang fokus terhadap rupiah, mata uang itu semakin tenggelam bahkan semenjak perjanjian terakhir ini.
Tak seperti yang dilaporkan pers, Anda mengaku tidak pernah menganjurkan mematok nilai tukar rupiah-dollar pada angka artifisial Rp 5.500 ketika program IMF-Plus dicanangkan pada Februari. Pada angka berapakah nilai tukar itu ketika program IMF-Plus disetujui?
Pada semua buku yang saya tulis tentang CBS, saya sudah menjelaskan bahwa kita tak boleh menetapkan nilai tukar artifisial bagi CBS. Sayangnya, wartawan tak pernah mau membaca satu pun dari tulisan saya yang memaparkan secara teknis cara menetapkan kurs bagi CBS. Kebetulan, Seth Mydans dari New York Times adalah pengkritik terburuk yang menyebarkan berita bohong bahwa saya menganjurkan nilai tukar buatan bagi CBS. Dan, sayangnya lagi, New York Times menolak memuat tulisan saya untuk membetulkan laporan Mydans yang bohong itu. Metode yang saya rekomendasikan untuk menetapkan kurs adalah sama dengan yang ditulis dalam buku-buku saya dan yang kami terapkan di Bulgaria, tempat kami berhasil menerapkan CBS, Juli lalu, ketika saya menjadi penasihat Presiden Stoyanov. Karena itu, CBS harus segera dicanangkan dan mata uang harus dibiarkan mengambang bebas untuk waktu tertentu. Dan, kursnya harus dipatok pada akhir jangka waktu itu. Jadi, angka kursnya akan ditentukan oleh pasar. Jika kami melakukan hal ini pada Februari di Indonesia, saya bilang kepada Pak Harto bahwa kurs pasarnya akan berkisar 6.000 sampai 7.000 rupiah per dollar AS.
IMF secara terang-terangan telah menyatakan bahwa pada dasarnya kebijakan mereka adalah "reformasi struktural yang kuat dan berjangkauan luas, yang penekanannya pada program-program yang telah didukung IMF sebelumnya". Apakah Anda sependapat bahwa kebijakan IMF dalam krisis ekonomi di Asia belakangan ini sebenarnya adalah taktik baru?
Beberapa darinya memang taktik baru. Misalnya, penekanan pada reformasi struktural sebenarnya terfokus pada pemberantasan kapitalisme perkoncoan. Ini merupakan hal baru. Sayangnya, IMF juga menerapkan pengobatan lama yang selalu digunakan. Anda punya kapasitas berlebih di Asia. Itu artinya pasokan melebihi permintaan. Hal pertama yang dilakukan IMF adalah mendorong penghematan fiskal. Hal itu membuat permintaan semakin turun, sedangkan sebelumnya sudah tertekan turun. Akibatnya, gap antara pasokan dan permintaan semakin lebar. Tambahan lagi, IMF mendorong negara-negara itu menciptakan kurs mengambang terkendali (managed floating exchange rates), seperti Indonesia. Dan, satu-satunya cara agar Anda dapat melakukan itu--dan saya tunjukkan ini berkali-kali--adalah dengan mematok suku bunga yang sangat tinggi, yang tentu saja berakibat semakin menurunkan angka permintaan. Jadi, Anda mulai dengan gap ketika pasokan lebih besar dari permintaan. Kemudian, Anda menerapkan dua kebijakan IMF: penghematan fiskal ditambah dengan kurs mengambang yang mensyaratkan suku bunga tinggi. Kedua kebijakan itu membuat permintaan semakin menurun dan gap-nya semakin besar. Intinya, mereka telah melakukan hal yang keliru dari awal dan secara umum telah membuat krisis semakin memburuk di kawasan ini.
Tapi, di Indonesia rencana mereka--dalam pandangan saya--adalah mendepak Soeharto, sebagai tujuan pertama. Tak ada satu pun dalan program IMF yang berhubungan dengan rupiah atau ekonomi makro. Begitu juga dengan perjanjian kedua dan ketiga di bawah Soeharto: belum berfokus pada rupiah. Tak ada satu pun dalam perjanjian ketiga untuk menstabilkan rupiah. Jadi, ini berarti Indonesia tak terelakkan lagi tengah menuju ke keadaan krisis yang semakin buruk.
Apakah faktor yang membuat Soeharto membatalkan rencana CBS?
Setelah Soeharto mencanangkan IMF-Plus, dia bilang kepada saya dan Presiden Clinton bahwa dalam hal ini dia melihat IMF-Plus sebagai yang terbaik di antara semua kemungkinan yang lain. Dan, Soeharto akan melakukannya kalau Presiden Clinton tidak datang dan menawarkan solusi yang lebih baik.
Tapi, akhirnya, ketika perjanjian ketiga dengan IMF dinegosiasikan pada April, diputuskan pemerintah akan menerima reformasi perbankan, penjadwalan utang, program privatisasi, dan undang-undang kebangkrutan yang baru--semua hal yang juga ada dalam proposal saya, kecuali CBS. Mereka menjanjikan akan memberi Indonesia lebih banyak uang. Sayangnya, menurut saya, Soeharto memiliki penasihat yang lemah--kalau tidak bisa dikatakan tidak kompeten--yang meyakinkan dia bahwa paket IMF bulan April adalah lebih baik dari yang saya berikan. Akhirnya, Indonesia menjalankan semuanya dalam IMF-Plus, kecuali CBS.
Apakah keberatan Ginandjar Kartasasmita secara spesifik terhadap program IMF-Plus itu?
Saya tak tahu jawaban yang tepat. Meskipun demikian, semua penasihat--kecuali saya--mengikuti perintah IMF. Konsekuensinya, saya pikir saya bisa mengatakan satu-satunya keberatan mereka pada IMF-Plus adalah kuncinya, yakni CBS itu.
Sebagai orang tua yang sudah 77 tahun, seberapa besar kontrol yang masih dimiliki Soeharto?
Pengalaman saya setelah banyak pertemuan adalah dia tahu dengan pasti apa yang sedang dilakukan. Dia sangat mahir dalam politik internasional. Saya bertemu dengan orang yang berpengalaman. Dia juga berhadapan dengan komunitas internasional yang menentangnya, dipimpin oleh AS. Dan, pada akhirnya, sayangnya, beberapa penasihatnya mulai tunduk pada tekanan internasional.
Persepsi bahwa ia sudah tua dan kehilangan sentuhan dengan realitas sama sekali tidak tepat karena dia tahu apa konsekuensinya jika tidak menstabilkan rupiah. Dia tahu dengan pasti skenario apa yang akan berlangsung di Jakarta. Kami membicarakannya secara eskplisit setiap kali pertemuan. Masalahnya adalah, akhirnya, semua tekanan internasional menguat. Presiden AS meneleponnya, Perdana Menteri Jepang Ryutaro Hashimoto juga menemuinya, dan mantan Wapres AS Mondale tiba. Dia diarahkan untuk percaya bahwa perjanjian ketiga dengan IMF akan menstabilkan keadaan. Saya ingatkan Soeharto, dengan mengikuti IMF berarti ia melakukan bunuh diri politik. Tetapi, penasihatnya yang lain tak setuju. Tapi, ketika itu berjalan, terbukti saya yang benar dan mereka salah.
Seandainya Anda diminta, nasihat apa yang akan diberikan kepada Habibie sekarang untuk mengembalikan kondisi ekonomi?
Untuk itu, saya harus berada di Indonesia untuk mengetahui apa yang sebenarnya tengah berlangsung. Meskipun demikian, saya tetap bisa bilang bahwa Anda harus memakai CBS untuk menstabilkan rupiah. Keadaan sekarang jauh lebih buruk dibanding pada 26 Februari, ketika saya memberikan usulan untuk Soeharto. Lagi pula, kebijakan yang didukung AS dan IMF telah membawa Indonesia ke situasi revolusi, yang sampai sekarang masih berlangsung. Indonesia tak lagi stabil secara politis. Dengan demikian, diagnosis keadaannya semakin sulit untuk dibuat dan semakin sulit juga membuat resep obatnya. Perjanjian keempat dengan IMF juga tak akan bermanfaat karena tak ada pemecahan untuk masalah yang mendasar: penstabilan rupiah. Dan, sebelum Presiden Habibie menemukan cara untuk menstabilkan rupiah, ia masih akan berada dalam posisi kritis. Dia berada pada posisi yang sama, bahkan lebih buruk, dengan Soeharto ketika ia mengundang saya pada Januari lalu, ketika ia tahu bahwa karirnya akan berakhir jika gagal menstabilkan rupiah.
Saya sedang di Paris ketika keadaan meledak pada 14 Mei lalu dan, beberapa hari sebelumnya dalam sebuah wawancara di televisi Reuters di Jenewa, saya sudah meramalkan hal itu akan terjadi. Itu tak bisa dielakkan. Dan, karena di Indonesia keadaannya tengah bersifat revolusioner, masa depan menjadi sangat susah untuk diramalkan. Satu hal yang bisa saya sampaikan dengan yakin: jika tak ada program yang kredibel untuk menstabilkan rupiah, hal-hal buruk akan lebih banyak muncul di kemudian hari. Sebagian besar penduduk menghadapi kemungkinan rawan pangan sebelum krisis berakhir.
Saya masih berpendapat satu-satunya kemungkinan adalah menjalankan beberapa tipe CBS untuk menstabilkan mata uang. Karena, jika itu belum stabil, akan memicu aktivitas yang revolusioner dan ketidakstabilan di Indonesia. Sayangnya, kita sekarang berada dalam keadaan ketika rakyat sangat terdepresi. Kita tak hanya punya banyak rakyat yang miskin, tapi kita juga akan melihat orang-orang kelaparan.
Anda memandang Indonesia dalam depresi sekarang, apakah itu akan lebih dari sekadar resesi jangka pendek?
Betul. Dan, ramalan IMF tentang ekonomi tampaknya konyol. Mereka (IMF) berkali-kali merevisinya. Yang jelas, perekonomian akan jatuh 25 persen atau lebih pada tahun ini.
Bagaimana AS dan IMF memandang keadaan sekarang ini?
Sudah jelas, mereka telah keliru. Diagnosis sayalah yang benar. Fakta berbicara. Dan, pasar sudah membuktikan pada Februari lalu. Ketika Presiden Soeharto mengumumkan bahwa ia menunjuk saya, rupiah menguat dan suku bunga di pasar swap turun. Ini menunjukkan bahwa pasar berpikir CBS merupakan langkah yang kredibel pada kurs yang lebih rendah--bukannya lebih tinggi. Bisa dikatakan, semua di jajaran pers (yang menentang CBS) tak lagi punya dasar karena fakta telah berbicara.
Apakah Anda pikir mungkin IMF mempertimbangkan kembali untuk mengadopsi CBS bagi Indonesia?
Ya, mungkin saja. Saya baru kembali dari Dubrovnic, Kroasia, dan kami merayakan tahun pertama CBS di Bulgaria, yaitu negara yang dulu sistem perbankannya telah sepenuhnya rusak. Dulu, mereka mengalami hiperinflasi dan juga semacam revolusi. Sekarang, Bulgaria menikmati pertumbuhan sebesar 4 persen. Inflasi juga nyaris tak ada dan segalanya berjalan dengan baik. Saya juga bertemu dengan gubernur Bank Sentral untuk Bosnia Herzegovina, negara yang memberlakukan CBS yang dirancang IMF. Sebagaimana Anda tahu, Bosnia berada di tengah perang saudara pada era Yugoslavia lama yang penuh dengan pertumpahan darah. Maka, dibandingkan dengan yang terjadi di Bosnia, Peristiwa 14 Mei di Jakarta belum apa-apa.
Jadi, kami punya dua contoh kasus: Bulgaria dan Bosnia Herzegovina. Pada Juli 1997, kami mulai menjalankan CBS di Bulgaria. Senin lalu, kami mendengar kabar baik dari pelaksanaan CBS di Bosnia Herzegovina. Semua program itu dipimpin oleh IMF. Jadi, sebenarnya IMF tahu bahwa CBS itu memang bermanfaat; dan mereka bekerja untuk menyelamatkan negara-negara itu. Lalu, kenapa mereka tak menerapkannya di Indonesia? Orang pun hanya bisa menduga-duga. Saya kira, Anda harus menanyakannya kepada Presiden AS untuk mendapatkan jawabannya.
Boleh jadi Presiden AS tak menyadari apa yang telah dan sedang ia lakukan terhadap Indonesia?
Tidak. Saya pikir, ia tahu pasti apa yang dilakukannya. Kemudian, ia menghubungi Presiden Soeharto empat kali untuk mencoba menyuruhnya menghentikan CBS. Dan, saya kira, ia meneleponnya lebih sering dibandingkan, mungkin, ketika ia menelepon Perdana Menteri Pakistan untuk menghentikan peledakan bom atom.
(Hasto P.)
Copyright © PDAT

1 komentar:

  1. Artikel yg bagus sekali. Sayangnya blog ini sudah lama tidak diupdate.

    BalasHapus