Kamis, 05 Agustus 2010

SOEHARTO DAN KEMAL IDRIS

Saya mendapatkan hal menarik setelah membaca buku memoar Letjen (purn) kemal Idris,di dalam buku itu diceritakan bahwa hubungan Soeharto dengan Kemal idris semula dekat,apalagi setelah peristiwa penumpasan G 30 S PKI. Oleh Soeharto Ia pernah diangkat sebagai Pangkostrad dan setelah itu sebagai Pangkowilhan  IV Sulawesi.

Namun lambat laun hubungan itu menjadi dingin,apalagi sejak ditugaskan di Sulawesi.Sebagai Pangkowilhan IV Kemal berhasil melancarkan pembangunan Sulawesi dan menjembatani hubungan harmonis antara ABRI dan masyarakat.Dan pemerintah melalui Presiden Soeharto mengakuinya.



 Kemal idris yang berdarah Minang itu dikenal suka memberikan kritik dan pernyataan-pernyataan keras tanpa tedeng aling-aling.Di waktu perjuangan kemerdekaan Ia aktif memanggul senjata,di zaman Demokrasi terpimpin di waktu Bung Karno sibuk dengan politik dan mengabaikan ekonomi,Kemal mengarahkan meriam ke Istana merdeka.Sama seperti hubungan Soeharto dengan jenderal (Purn)Benny moerdani yang pernah menjadi anak emasnya di masa selanjutnya dan Jenderal lainnya.Presiden Soeharto di masa kekuasaannya sangat takut dengan jenderal yang kekuasaannya dan pengaruh serta pamornya menandingi dirinya,ibaratnya ada 2 matahari kembar.Oleh sebab itu Ia sering menempatkan perwira atau jenderal yang loyal dan jinak kepadannya dan tidak berpotensi menonjol.

Inilah sekelumit bagian dari buku memoar Letjen (Purn)Kemal idris mengenainya hubungannya (mantan) Presiden Soeharto.

Ditengah kegiatan  pelaksanaan pembangunan dilakukan ,tepatnya pada tahun 1971 Saya mendapat tugas  dari hankam berkunjung ke Amerika serikat bersama pak hasnan habib dan seorang perwira bernama Niklany.Disana Saya menanyakan tentang Nixon Doctrine yang pada waktu itu sedang santer dibicarakan.

Setelah sebulan berada di AS,Saya bersama  kawan pulang ke Indonesia melalui San fransisco menuju Tokyo.Di Tokyo kami dijemput oleh pejabat  dari kedutaan,lalu menuju hotel New otani.Setelah mengisi daftar penghuni dan menuliskan semua keperluan,Saya bersama staf kedutaan langsung menuju kantor kedutaan dan berjumpa dengan Ashari yang waktu itu menjabat selaku Duta besar untuk Jepang.

Sebagai duta besar Ashari meminta Saya menceritakan pengalaman perjalanan kepada semua staf KBRI.Pada waktu acara di mulai,beliau memperkenalkan Saya kepada mereka dan dan mengatakan Saya akan menggantikannya sebagai duta besar di kemudian hari.serta merta Sya terperanjat,karena tidak sedikitpun ada terlintas pikiran Saya akan menjadi duta besar.

   "Dari mana anda memperoleh informasi itu ?" tanya saya padanya.
   "Wah,itu berita sudah santer" jawabnya dengan tenang   "Pak kemal akan jadi duta besar di Jepang."

 Dengan perasaan emosional Saya katakan padanya,bahwa saya tidak mau sebab saya tidak dididik untuk menjadi duta besar dan belum tentu saya mampu memikul jabatan tersebut.Kabarnya saya juga dicalonkan sebagai duta besar di Thailand.

Setiba di Indonesia,saya menyampaikan laporan hasil perjalanan kepada Panglima kopkamtib Bapak Soemitro.Dalam pertemuan saya menanyakan :

 "Apakah anda mendengar pencalonan saya menjadi duta besar?."
 "Saya belum mendengar berita itu" jawab Soemitro.

Saya tidak bersedia menjadi duta besar,karena belum mampu memikul jabatan tersebut.Disamping itu perjuangan masih sangat jauh dan memerlukan pembinaan pemuda,termasuk mahasiswa sebagai generasi penerus,supaya  mereka tetap dalam garis yang ditentukan oleh pemerintah.Pemuda akan  dijadikan partner Angkatan Bersernjata dalam menunjang Orde baru.Tempat saya bukan diluar negeri,karena saya masih dapat berbuat banyak dalam negeri."saya mengemukakan isi hati saya kepada Soemitro.

 "Kem, saya tidak tahu,saya tidak yakin kamu akan jadi duta besar." jelas Soemitro.

 Pemerintah Malaysia juga pernah menawarkan agar saya bersedia menjadi duta besar Malaysia,karena mereka menganggap saya kawan mereka, sekalipun pada masa konfrontasi bermusuhan. Bila permohonan mereka  saya setujui,mereka akan perjuangkan pada pemerintah Indonesia agar saya ditempatkan jadi duta besar di Malaysia.Tetapi ajakan mereka saya tolak,walaupun itu suatu kehormatan bagi saya.

Saya kembali ke Sulawesi (Makasar) menjalankan tugas rutin.Bersama dengan dilaksanakan suatu seminar mengenai Demokrasi Pancasila. Ketika suatu badan yang diberi nama Opsus (Operasi khusus) yang diketuai oleh Ali moertopo ingin berperan dalam wilayah Kowilhan IV,geraknya saya batasi sesuai dengan kebijaksanaan yang saya tempuh.Saya harus tahu apa yang dilakukan Opsus,sebab ia berada dalam wilayah kekuasaan saya,untuk menghindari adanya perbedaan kebijaksanaan dan pengertian yang bisa membingungkan masyarakat.Saya tidak ingin masyarakat diombang-ambingkan oleh situasi,supaya keamanan dapat berjalan lancar.Sebagai kepala Kowilhan IV,saya harus bertanggung jawab atas keamanan di wilayah saya.

Pada akhir September 1972 dengan tiba2 saya mendapat perintah menyerahkan wilayah komando saya kepad Panglima baru ,Jenderal Witono.Saya akan menjadi duta besar di Yugoslavia.Namun sebelumnya saya minta,sekalipun permintaan ini tidak dikabulkan,agar dapat mengikuti rapat Panglima seluruh Indonesia yang akan dilaksanakan.

Setelah menyerahkan komando segera saya menghubungi Jenderal Soemitro.

 "Tempat saya lebih tepatkan di sini,di dalam negeri."Jelas saya.

"Sekarang ada peremajaan pimpinan,semua pimpinan Kowilhan akan diganti."Kata Soemitro.

 "Kenapa saya yang pertama?" saya berupaya menjelaskan,"mengapa bukan orang lain lebih dahulu?.Apakah saya membuat kesalahan?."

 "Kemal," suara Soemitro terdengar serius. "hanya satu yang bisa menjadi KASAD di antara semua dan yang jelas itu bukan kamu."

 "Tetapi mengapa harus saya yang dijadikan duta besar?." Pertanyaan selanjutnya saya pendam sendiri.Saya tahan didalam hati.Dulu pernah dikatakan,saya tidak akan menjadi duta besar,namun kenyataannya sekarang tetap juga ditugaskan sebagai duta besar.

 Setelah dilantik saya kemudian pamit kepada Pak Harto.

"Pak Harto,kenapa saya mesti diangkat menjadi duta besar,padahal saya tidak tepat di sana.Menurut saya,lebih tepat di dalam negeri saja.Saya akan lebih banyak membantu pak Harto,terutama dalam menghadapi kaum muda,"saya berusaha menjelaskan meskipun saya sudah dilantik.
"Sebagai apa?."Tanya pak Harto dengan wajah tenang.
"Misalnya sebagai pembantu militer."
"Sudah banyak kritik terhadap Ali moertopo."Ujar pak Harto. "Saya tahu harus dimana menempatkan kamu."
"Ya sudahlah,tapi saya tetap tidak senang.Saya tidak dilatih untuk itu."
"He, kamu masih militer apa nggak?" Suara pak Harto mulai bersungguh-sungguh.
"Iya pak."
"Kalau kamu masih militer ini perintah."

Selanjutnya Pak Harto mengatakan,Yugoslavia merupakan tempat yang sangat penting,terutama untuk memperbaiki keretakan hubungan Indonesia-Yugoslavia akibat gerakan komunis.

Waktu saya pamit kepada Pannglima ABRI Panggabean  dia mengatakan kepada saya :

"Kemal saya kira kamu salah mengerti,ketahuilah saya satu-satunya Jenderal yang tidak menyatakan kamu di duta besarkan.Peremajaan di Angkatan Bersenjata itu tidak benar,tapi ada yang melapor tentang kamu.

"Kalau ada laporan,bagaimana pandangan Bapak Panggabean?." 
"Wah saya anggap itu tidak benar."
"Kenapa saya tidak dibela?."
"Ya,bagaimana saya harus membela, kalau yang tertinnggi sudah mempercayai."

Saya sempat terdiam sejenak. Kemudian saya  melanjutkan ucapan saya.
"Jadi,kalau saya menjadi duta besar,pekerjaan saya cukup baik,lalu ada laporan yang jelek tentang saya,apakah anda tidak membelanya?."
"Tidak."Ujar Panggabean. "Saya militer."
"Oh begitu.There is something wrong in your leadership.Kalau begitu ada yang tidak beres dengan kepemimpinan anda.Terima kasih."

Saya sungguh sangat jengkel kepada Panggabean waktu itu. saya kemudian pergi meninggalkannya.Sebelumnya dia masih sempat mengatakan : 
"Kamu yang paling berhasil di daerah bagian Timur."

"Kalau saya berhasil dalam mengemban tugas,kenapa membiarkan saya menjadi duta besar?" ujar saya." "Pak Panggabean,saya juga Panglima walaupun tidak sebesar Bapak.Akan tetapi,kalau ada laporan tentang seseorang yang saya nilai baik,maka saya akan mencegahnya dari suatu tindakan. Saya akan periksa laporan itu,benar atau salah.Sebenarnya,itu yang saya harapkan dari Bapak.Dulu saya kagum kepada Jenderal,sekarang sudah turun kurang dari nol.Kalau begitu,tidak perlu saya lanjutkan pembicaraan ini."

"Sesukamulah,memang demikian keadaannya." jawab Jenderal Panggabean.

Masalah yang saya bicarakan dengan Pangab itu saya sampaikan kepada Soemitro.Dia menanggapinya dengan baik serta memberikan alasan yang rasional dengan yang disampaikan oleh Pangab sebelumnya.

Versi lain lagi tentang penugasan saya menjadi duta besar saya dengar begitu saya sudah bertugas di Yugoslavia selama satu tahun.Ada laporan yang disampaikan kepada Pak Harto:

"Kemal berhasil membawa rakyat dalam pembangunan .Mereka antusias. Mereka tidak menghalangi pembangunan .Kemal berhasil menenangkan kaum muda di Indonesia bagian timur.Dia terlalu populer disana.Popularitas itu diperlukannya untuk memperoleh jabatan tertinggi.Dulu dia berani melawan Bung Karno yang sedang berada di puncak kejayaannya.Tentu dia akan berani pula melawan Soeharto."

"Laporan itu di sampaikan oleh Ali moertopo." Ujar Sudomo di markas Kopkamtib pada tahun 1974,waktu saya masih duta besar di Yugoslavia pulang ke Indonesia. Itu salah satu alasan kenapa saya harus pergi meninggalkan Sulawesi.Saya tahu laporan itu datang dari Opsus yang saya batasi gerakannya di wilayah kekuasaan saya

Saya masih ingat,pada tahun 1966, ipar saya Widjatmiko datang ke Kostrad mengabarkan bahwa saya dipanggil  Sri Sultan Hamengkubuwono IX di rumah Mashuri di Jalan Agus salim,Jakarta. Disana sudah menunggu Sri Sultan,Adam malik,dan Mashuri.

"Kemal,kamu Take over,ambil alih kekuasaan dari tangan Soeharto." Ujar Sri Sultan.

Soeharto dinilai terlalu lamban dalam mengambil keputusan2.Saya terkejut .Saya tidak pernah berpikir ke arah itu. Barangkali,itu jugalah sebabnya,sikap Pak Harto kepada sya menjadi dingin.Dia tidak sebaik dan semesra dulu terhadap saya. Dia termakan bisikan2,sehingga mencurigai saya.

Kejadian ini yang masih saya ingat, sewaktu saya dipindahkan ke Makasar.Waktu itu pak Harto memberi saran-saran bagaimana mengajak masyarakat menunjang pembangunan,dan tidak menolak modernisasi.

"Pak Harto tidak usah takut kepada saya,saya akan loyal terhadap pimpinan Negara,terhadap Pak Harto.Saya akan loyal selama Pak Harto masih tetap pada cita-citanya,yang juga menjadi cita2 saya." Ujar saya.

Mungkin Pak Harto masih mengingat ucapan saya itu. Tetapi,Saya mengucapkannya dengan polos,tanpa maksud dan pretensi apa-apa.


Sumber: Dari Buku Bertarung dalam Revolusi.Pustaka Sinar Harapan. Jakarta, 1997.

0 komentar:

Posting Komentar